Laman

Selasa, 13 Mei 2014

Psikologi Industri #4 Power and Politics



Halo SOBAT !


Pertemuan ke-4 ini adalah pertemuan terakhir dengan Pak Seta, karena di pertemuan selanjutnya Dosen Psikologi Industrinya bukan Beliau, tapi jangan khawatir review ini akan berlanjut hingga akhir semester nanti karena merupakan permintaan dari Pak Seta juga hehehe.


Sebelum ke materi utama, Pak Seta kembali menjelaskan masalah Leadership, kali ini beliau menambahkan dengan  Followership, berikut uraiannya.
 
Sebagai leader kuncinya bagaimana orang bisa mem follow Anda.
Bicara bagaimana Anda menjadi seorang leader adalah bagaimana Anda menjadi Role Model (Leader yang baik). Kompetensi Anda sebagai leader adalah tidak semata-mata Anda langsung menjadi Leader.

Nah jika ada Leader kan ada Followernya, sekarang Followership yg baik itu bagaimana?
Inti dari follower yang baik adalah dia harus memiliki kemampuan assessment (kemampuan memilah dan memilih).Dia harus bisa juga mengassess tim yang ada di Followership tadi, dan yang terakhir adalah kemampuan mengassess leader itu sendiri.

Assessment adalah Tujuan, jika anda punya tujuan maka akan jelas apakah tim tersebut dapat mensupport Anda meraih kesuksesan apakah tidak.

Contohnya, apabila Anda akan mengapply suatu lamaran maka Anda harus pahami perusahaan itu dulu. Kemampuan assessment inilah yang akan menjadi value. Jika Anda sombong, Anda tidak punya kompetensi dan Value maka Anda hanya asal sebar CV saja. Sedangkan jika Anda punya Kompetensi dan Value maka Anda pasti memilah-milah pekerjaan.
Orang yang punya value dan kompetensi tidak sembarangan menggembleng dirinya. Ketika Anda tidak menggembleng diri Anda sendiri, value dan kompetensi itu tidak ada dalam diri Anda.
Orang bisa di latih sedemikian hebatnya karena dia mempertahankan value dan kompetensinya.
Nah disinilah kesimpulannya Anda harus bisa memahami diri Anda sendiri, lingkungan Anda dan pemimpin Anda.

Jika Anda sebagai follower sudah berkontribusi dengan cara yang salah maka akan menghasilkan Leader yang salah juga. Dan Anda akan berada di lingkungan yang salah.
Seorang Leader yang baik adalah dia menciptakan pemimpin-pemimpin baik yang baru. Bukan menghasilkan orang-orang yang bisa di intimidasi.

Nah sekarang bagaimana seorang Leader berkontribusi dengan Power and Politics
Power and Politics akan berbahaya jika di kuasai oleh leader-leader yang salah.

Power adalah kapasiti, bagaimana seorang atasan tersebut mempengaruhi bawahannya. Ini tergantung hubungan antara atasan dengan bawahan tersebut.
Dependency adalah bagaimana seorang bawahan bergantung dengan atasannya.

Perbedaan Leadership dan Power
Leadership
  • Fokus pada pencapaian tujuan
  • Membutuhkan kecocokan tujuan dengan pengikutnya
  • Fokus mempengaruhi ke bawah
Power
  • Digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan
  • Membutuhkan ketergantungan pengikut
  • Digunakan untuk mendapatkan pengaruh ke sisi dan ke atas
Ada dua jenis Power, yaitu Formal Power dan Personal Power.

Formal Power ditetapkan oleh posisi individu dalam sebuah organisasi.
Ada tiga dasarnya, Coercive Power yaitu power berdasarkan pada ketakutan atas hasil yang negatif, yang kedua Reward Power, dan ketiga Legitimate Power yaitu otoritas formal untuk mengontrol dan menggunakan sumber daya berdasarkan posisi seseorang di dalam struktur formal.

Sedangkakan Personal Power adalah power yang timbul dari karakter unik seseorang dan ini yang merupakan power yang paling efektif.
Dalam personal power ada yang disebut expert power  yang berdasarkan pengetahuan atau keahlian khusus (Anda ahli di bidang tertentu), dan Referent power yang pengaruhnya berdasarkan kepemilikan oleh seseorang atas sumber daya yang diinginkan atau sifat-sifat pribadi.

Ketergantungan (dependency) adalah kunci dari power. Postulat umumnya adalah "semakin B tergantung kepada A itu menunjukkan semakin besar Power yang A miliki". Dependency ini menjadi penting ketika sumber-sumbernya penting, langka, dan tidak dapat digantikan.

Ada yang dinamakan Power Tactics yaitu cara seseorang menerjemahkan power kedalam aksi yang spesifik. Ada sembilan taktik dalam mempengaruhi, yaitu legitimacy, rational persuasion, inspirational appeals, consultation, exchange, personal appeals, ingratiation, pressure dan coalitions. Diantara kesembilan itu yang paling efektif adalah rational persuasion, inspirational appeals, dan consultation. Sedangkan yang paling tidak efektif yaitu pressure.

Faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan power tactics yang efektif adalah berdasarkan urutan dari taktic (taktik dari yang lebih mudah ke yang lebih susah itu akan bekerja dengan baik), yang kedua adalah berdasarkan kemampuan politik dari pengguna (user), dan yang ketiga adalah kebudayaan dari organisasi.

Kasus mengenai ketidaksetaraan kekuasaan contohnya adalah Pelecehan Seksual (Sexual Harassment). Aktifitas bersifat seksual yang tidak diinginkan mempengaruhi pekerjaan seseorang dan menciptakan lingkungan kerja yang saling bermusuhan. Pelecehan seksual ini bukan masalah seks, ini masalah penyalahgunaan power yang tidak setara pada hubungan.

Tindakan-tindakan manajerial untuk mencegah pelecehan seksual, yaitu:
  • Pastikan peraturan yang menentang hal itu
  • Memastikan bahwa karyawan tidak akan melawan jika mendapat komplain
  • Menyelidiki setiap komplain dan termasuk sumber daya manusia dan departemen yang sah
  • Memastikan pelanggar didisiplinkan atau diberhentikan
  • Membicarakannya di seminar dan training perusahaan 

Nah sekarang apa sih Politik? Politik adalah Power ( Kekuasaan) dalam hal tindakan. Dalam politik ada yang disebut Political Behaviour yang merupakan suatu aktifitas yang tidak dibutuhkan dalam peran formal di suatu organisasi, tetapi berpengaruh atau mencoba mempengaruhi distribusi keuntungan dan kerugian dalam organisasi.

Biasanya para pegawai tidak tertarik dengan politiknya, tetapi bermain dengan politiknya. Contoh penerimaan uang karena suatu hal, dan pegawai tersebut menerimanya saja.

Realitas politik itu adalah alami di timbulkan dari kelangkaan sumber daya, penilaian pada kualitas yang berbeda nyata berdasarkan observasi pengamat, dan sebagian besar keputusan dibuat dalam kodisi ambigu.

Selain itu ada juga perilaku-perilaku defensif (defensive behaviour) terhadap politik. Para pekerja yang menganggap politik sebagai ancaman memiliki reaksi defensif. Ada 3 tipe dari perilaku defensif ini, yaitu Avoiding action (menjauh), avoiding blame (mengejek), dan avoiding change (siap siaga).



Nah itulah SOBAT review saya mengenai Power dan Politics pada pertemuan terakhir dengan Pak Seta, semoga bermanfaat untuk kalian semua.

Sebagai Penutup ada kata-kata dari Pak Seta berikut ini,
 
"Setiap orang ingin Pendapatnya di hargai, maka dengarkan dulu pendapat orang tersebut.
Anda bisa rasional menangani masalah bila Anda menguasai permasalahannya, dengan kata lain Anda kompeten dalam bidang Anda"



Salam SOBAT !

Rian Hidayat 


Sumber gambar:money.howstuffworks.com